Kata enak, subjek yang entah sudah berapa kali saya tulis dan
pertentangkan, sejauh ini. Dulu ketika saya kecil, kata enak itu
bermakna. Semakin tua , kenapa ya kata itu semakin gak jelas artinya.
Ketidak jelasan itu semakin terasa ketika orang mulai menambahkan
kata-kata besar. Semakin besar semakin heboh orang menjadi, dan pada
suatu titik kata enak menjadi kecil maknanya.
Enak adalah hak pribadi. Setiap orang punya setelan masing-masing.
Setelan yang diperoleh ketika kita tumbuh besar, dari apa yang
dirasakana, dimakan, dan dipelajari untuk dinikmati, hingga usia kita
ini. Proses pembelajaran ini tidak akan pernah selesai hingga kita mati,
walau indera perasa atau penciuman kita berkurang kala kita menua
nanti.
Berbagai definisi dicoba dicari, apa yang bisa membuat seseorang
merasa sesuatu itu enak. Mulai dari perasaan nyaman ketika menikmati
sesuatu, atau kebahagiaan semu yang terasa kala mulut mengunyah atau
tengorokan menelan maanan atau minuman itu. Perasaan nyaman seringkali
muncul dari produk atau hal tambahan yang kita tambahkan pada makanan
atau minuman kita. Sambal contohnya. Beberapa orang secara otomatis
menambahkan sambal pada apa yang mereka makan, padahal belum sepotongpun
makanan tersebut dia coba. Disini sambal memberikan sebuah kenyamanan
bagi dia, bahwa seperti apapun rasanya makanan tersebut, suka atau
tidak, ada sambal yang rasanya yang sudah dia kenal, yang akan
membantunya mencerna apa yang dihadapinya.
Demikian juga untuk minuman terutama kopi. Gula seringkali menjadi
komponen penting dalam minuman kopi, ditambahkan bahkan sebelum diicip,
sebagai sebuah jaminan bahwa seburuk apapun kopinya, ada karakter manis
gula yang sudah dikenal, akan menemani kita menghabiskan minuman
tersebut.
Namun sisi jelek dari teman-teman tersebut adalah seringkali kita
tidak mengijinkan makanan atau minuman yang kita konsumsi untuk
bercerita seperti apa dirinya. Kombinasi rasa apa yang dia tawarkan,
atau bagaimana proses yang sudah dilewatinya. Rekaman jejak jerih payah
mereka yang sudah bekerja keras menyiapkan produk tersebut pun terkikis,
atau bahkan hilang, tertutup oleh rasa-rasa kuat yang kita kenal, dan
kita bawa kemana-mana, sebagai sebuah selimut kenyamanan kala kita
mengkonsumsi isi dunia ini.
Semangkuk sop kaki kambing di tanah abang membuat saya berpikir
beberapa malam yang lalu. Sebuah sop yang membuat saya malas menambahkan
apapun, bahkan perasan jeruk limau atau sedikit sambal yang tersedia di
meja. Terasa nyaman dan solid, seakan siap menghadapi dunia tanpa butuh
bantuan siapapun. Terasa enak dan stabil, baik ketika masih panas
hingga agak dingin. Badan terasa nyaman dan lidah menari bahagia. Rasa
penasaran muncul, dan sedikit sambal ditambahkan menjelang akhir santap.
Semua kecantikan tadi hilang seketika.
Pengalaman tadi membuat saya yakin, paling tidak untuk saat ini,
definisi enak itu apa. Enak adalah sebuah kondisi dimana kita bahagia
mengkonsumsi, mengunyah dan menelan sebuah makanan atau minuman, tanpa
perlu menambahkan sesuatu kedalamnya. Enak adalah hasil sebuah kerja
keras, yang patut kita hargai, tanpa menodainya dengan zat lain, hanya
demi sebuah kenyamanan diri kita kala mengkonsumsinya.
Tinggal pertanyaannya, mampukah kita mengontrol diri kita,
menanggalkan selimut yang membuat kita nyaman, dan mencoba
segala-sesuatu tanpa menambahkan bumbu atau bahan yang kita kenal dan
sayangi? Karena kalau belum, akan susah untuk kia bisa dengan jujur
bilang, bahwa apa yang kita nikmati itu memang enak.
Sumber : http://aditaroepratjeka.wordpress.com/2011/12/21/enak-itu-apa-ya/
Jumat, 28 September 2012
enak itu apa ya?
20.39
No comments
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar